Review Film "Home Sweet Loan", Ironi Kehidupan Anak Perempuan Bungsu
Home Sweet Loan - Jadi anak bungsu seringkali dipandang sebagai orang yang menjalani kehidupan dengan baik. Banyak kasih sayang dari orang tuaku. Ada seorang kakak laki-laki yang selalu protektif dan suka membantu.
Seringkali, anak bungsulah yang dianggap paling rentan. Yang bungsu dalam keluarga dianggap sebagai orang yang keinginannya dihormati. Jika Anda butuh sesuatu, tanyakan saja. Anda tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan. Jika kamu menangis sedikit, orang tuamu dan kakak laki-lakimu akan luluh. Aku tidak tega melihat anak bungsuku menangis.
Apalagi jika anak bungsunya perempuan. Ia dianggap lemah dan pendapatnya tidak didengarkan. Dia tidak pernah ikut campur dalam keputusan keluarga apa pun. Dia hanya menerima keputusan itu dan melakukannya. Anda menginginkannya atau tidak. Suka atau tidak suka.
Meski rasa malu manja melekat pada putri bungsu, bukan berarti hal itu berlaku umum. Hal ini tidak berarti bahwa semua remaja putri di dunia mengalami hal yang sama.
Semua level, semua pekerjaan ada batasnya. Begitu pula dengan musik, kendala dan tantangan yang dihadapi.
Sebelum kita Review Film Home Sweet loan ini, mari kita baca terlebih dahulu alur ceritanya.
Alur Cerita Film Home Sweet Loan
Cerita dimulai dengan Kaluna, seorang wanita muda yang merupakan anak bungsu dari keluarganya. Sejak kecil, Kaluna selalu diperlakukan sebagai ‘si bungsu’ yang dianggap tidak terlalu mandiri. Kakak-kakaknya sudah menikah dan memiliki rumah sendiri, sementara Kaluna masih tinggal di apartemen sewaan dan bekerja sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan teknologi. Ia merasa sudah saatnya memiliki rumah sendiri—tempat di mana ia bisa membuktikan bahwa dia bisa mandiri tanpa harus bergantung pada siapa pun.
Kaluna mulai mencari-cari rumah dengan penuh antusias. Dia membayangkan memiliki rumah kecil dengan halaman untuk menanam bunga, sesuatu yang tidak mungkin dia lakukan di apartemennya saat ini. Namun, setelah melihat beberapa properti, dia mulai menyadari bahwa harga rumah di kota sangat tinggi. Setiap rumah yang dia suka ternyata di luar anggarannya. Saat itulah dia memutuskan untuk mengajukan KPR (Kredit Pemilikan Rumah).
Kaluna merasa cukup percaya diri. Dengan pekerjaan tetap dan gaji yang cukup baik, dia berpikir bank pasti akan menerima pengajuan KPR-nya dengan mudah. Tapi ternyata prosesnya jauh lebih rumit. Bank menilai penghasilan Kaluna tidak cukup stabil, terutama karena dia masih memiliki tanggungan pinjaman lain. Bank menyarankan dia untuk mencari opsi lain atau memberikan uang muka yang lebih besar, sesuatu yang tidak bisa dia lakukan dalam waktu singkat.
Di saat yang sama, keluarganya mulai ikut campur. Ibunya terus menerus bertanya, "Kenapa kamu tidak menunggu saja sampai menikah? Lebih baik kamu beli rumah bersama suamimu nanti." Kakak-kakaknya juga memberikan nasihat yang serupa, menyarankan Kaluna untuk lebih realistis. Ini membuat Kaluna merasa tertekan. Dia ingin membuktikan bahwa sebagai anak bungsu, dia tidak harus selalu mengikuti nasihat orang lain dan bisa mandiri tanpa harus menunggu orang lain.
Di tengah frustrasinya, Kaluna bertemu dengan Bima, seorang agen properti yang ceria dan penuh optimisme. Bima percaya bahwa Kaluna bisa menemukan rumah yang sesuai dengan keinginannya. Mereka berdua mulai melihat berbagai rumah, dari yang besar sampai yang kecil, dari yang di pusat kota sampai pinggiran. Tapi selalu saja ada masalah: entah itu harga yang terlalu tinggi, rumah yang kondisinya buruk, atau lokasinya yang terlalu jauh.
Namun, suatu hari mereka menemukan sebuah rumah mungil yang sesuai dengan anggaran Kaluna. Rumahnya sederhana tapi nyaman, dan memiliki halaman kecil di belakangnya—tepat seperti yang Kaluna impikan. Meski begitu, rumah ini sedang diincar banyak orang, dan proses KPR-nya pun tidak mudah. Kaluna harus berjuang keras untuk bisa mendapatkan rumah tersebut.
Ada satu momen di mana Kaluna hampir putus asa. Setelah proses panjang, pengajuan KPR-nya ditolak lagi oleh bank lain karena beberapa masalah administratif yang tidak dia sadari. Di titik ini, Kaluna mulai meragukan keputusannya sendiri. Ia bertanya-tanya apakah semua ini sepadan, apakah ia harus menyerah dan menerima nasihat keluarganya untuk menunggu sampai nanti menikah. Tapi pada saat itulah Bima datang dan memberi Kaluna semangat. Ia membujuk Kaluna untuk mencoba satu bank lagi, kali ini dengan persiapan lebih matang.
Setelah melewati proses yang sangat melelahkan, akhirnya Kaluna berhasil mendapatkan persetujuan KPR. Dia merasa sangat bangga—ini adalah bukti nyata bahwa dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Kaluna pun mulai pindah ke rumah barunya dengan penuh kebahagiaan.
Namun, masalah belum selesai di situ. Setelah pindah, Kaluna menemukan beberapa masalah tak terduga pada rumah itu. Atapnya bocor, sistem pipa airnya tidak berfungsi dengan baik, dan ada beberapa bagian rumah yang perlu direnovasi. Awalnya, Kaluna merasa sangat kecewa.
Dia bertanya-tanya apakah dia telah membuat keputusan yang salah dengan membeli rumah ini. Tetapi, alih-alih terpuruk, Kaluna memutuskan untuk mengatasi masalah ini satu per satu. Dia memanggil tukang untuk memperbaiki kerusakan dan secara perlahan mulai memperbaiki rumah barunya.
Di akhir cerita, Kaluna akhirnya duduk di teras belakang rumahnya, melihat tanaman yang dia tanam mulai tumbuh. Dia tersenyum, meskipun rumah itu bukanlah rumah sempurna yang dia bayangkan sejak awal, itu adalah rumah miliknya—tempat di mana dia bisa merasa aman dan bebas.
Baca Juga : Sinopsis Film Lembayung
Kaluna merasa bangga dengan semua perjuangannya, dan yang terpenting, dia berhasil membuktikan bahwa sebagai anak bungsu, dia bisa berdiri sendiri tanpa harus menunggu bantuan dari orang lain.
Film ini berakhir dengan Kaluna menikmati segelas teh sambil memandangi halaman kecilnya. Dia berhasil mengatasi semua rintangan dan membuktikan bahwa dengan ketekunan, mimpi memiliki rumah bisa menjadi kenyataan.
Rewie Film Home Sweet Loan
Banyak orang yang mengatakan bahwa menjadi anak pertama harus menjadi pribadi yang mudah berubah. Menjadi panutan bagi adik-adiknya. Kita jarang membicarakan isi hati seorang anak. Apa benar masih dijual? Atau mungkin tidak? Film Home Sweet Loan mencoba menceritakan kisah anak bungsu yang hidupnya kacau balau.
Film Home Sweet Loan ini diadaptasi dari novel berjudul sama yaitu Home Sweet Loan. Ditulis oleh Almira Bastari. Ini bukan pertama kalinya novel karya Almira Bastari diadaptasi ke layar lebar menadi sebuah film. Sebelumnya, novel suksesnya berjudul Ganjil Genap juga telah diangkat ke bioskop Indonesia dan menjadi film yang cukup sukses.
Kisah film home swet loan dengan efek visual filmnya. Disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, yang sebelumnya dikenal dengan serial Noktah Merah Perkawinan dan serial 90 Hari Mencari Suami. Film home sweet loan tayang di seluruh bioskop Indonesia sejak 26 September 2024.
Film home sweet loan membawa penonton pada perjalanan Kaluna yang disutradarai oleh Yunita Siregar. Kaluna berusia tiga puluh tahun dan tinggal di ibu kota. Seperti buruh pabrik di Jakarta pada umumnya, mereka yang bekerja hingga larut malam dan berdiri di pinggir jalan serta menaiki angkutan umum.
Kaluna berusia tiga puluh tahun dan tinggal di ibu kota. Seperti buruh pabrik di Jakarta pada umumnya, mereka yang bekerja hingga larut malam dan duduk di jalanan serta menaiki angkutan umum. Dia masih lajang dan tinggal bersama orang tuanya.
Minimnya lahan di rumahnya sendiri, bahkan merasa diperlakukan seperti budak, membuat Kaluna bermimpi untuk mewujudkan rumahnya sendiri. Dia ingin hidup sendiri. Nikmati kesendirian di tempat terbaik yang ia ciptakan. Tanpa campur tangan orang lain. Nikmati kerja kerasnya.
Untungnya Kaluna memiliki tempat kerja yang bagus. Tempat kerja yang bagus. Mendekatkan Kaluna dengan rekan-rekannya. Bisa dibilang itu adalah kelompok yang terdiri dari empat orang. Kaluna, Danan, Tanish dan Miya. dalam film home sweet loat Danan diperankan Derby Romero, Risty Tagor berperan sebagai Tanish, dan Miya diperankan oleh Fitria Angraini.
Ketiga temannya sangat mendukung dan memahami keadaan Kaluna. Sekalipun mereka mempunyai masalah kehidupan masing - masing. Namun kondisi Kaluna masih memprihatinkan. Namun Kaluna merupakan yang terkuat dan jarang meminta bantuan atau mengganggu teman-temannya.
Dengan bantuan teman-temannya, Kaluna membutuhkan rumah yang layak. Dari segi lokasi, lingkungan dan tentunya harga sesuai dengan budget Anda. Meski tabungannya masih jauh untuk menjual rumah impiannya, ia berencana mencicilnya. Mendapat bantuan khusus bagi karyawan yang bekerja di perusahaan tempatnya bekerja.
Di tengah pencariannya tersebut, Kaluna menemukan banyak hal. Mulai merasa sakit hati dengan perlakuan yang diberikan keluarga pacarnya yang selalu memandang rendah dirinya. Kemudian pacarnya mengatakan bahwa dia iri melakukan hal-hal yang menyenangkan hatinya. Meski selama ini ia berusaha menghemat uang. Daripada membuang-buang uang untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.
Puncaknya, ketika Kaluna mendapatkan rumah impiannya dan membayar uang jaminan berdasarkan penghasilannya, Kaluna akan menghadapi masalah keluarga. Kakak laki-lakinya ditipu saat membeli tanah. Ia pun membeli tanah tersebut dengan mengambil pinjaman dan membayar cicilan rumah kakeknya, tempat mereka tinggal sejak kecil.
Dia tidak terlalu berpikir panjang, film Home Sweet Loan adalah film favorit yang saya tonton tahun ini! Bukan karena kemewahan yang disuguhkan. Justru berkat kesederhanaannya itulah yang menyentuh hati orang. Pertama, film home sweet loan ini membuka kisah program pengamanan perumahan rakyat, disingkat Tapera.
Terkait sekali dengan keadaan Kaluna yang sangat ingin memiliki rumah sendiri, hal yang diimpikannya selama ini. Namun benarkah program pemerintah ini membantu dan meringankan beban masyarakat seperti Kaluna?
Dalam Film home sweet loan Kaluna memberikan gambaran yang jelas tentang budak industri di ibu kota. Berangkat pagi-pagi sekali dan kembali sore hari. Seperti itu setiap hari. Tidak ada upah lembur, tapi saya biasanya bekerja lebih banyak jika saya mengharapkan lalu lintas lebih lancar.
Dia juga menafkahi orang tuanya dan bahkan seluruh keluarganya, yang sebenarnya bukan pekerjaannya. Saya rasa masih banyak Kaluna-Kaluna lainnya yang bernasib sama. Jadilah generasi sandwich. Paling dapat diandalkan. Yang paling penting. Mendukung kehidupan keluarga besar.
Perasaan nyaman karena semuanya ada dan semuanya enak, membuat orang-orang di sekitar generasi sandwich tertidur dan menutup telinga dan mata. Bukan karena saya tidak bisa bekerja. Itu bukan karena saya tidak punya uang. Namun, Anda memilih untuk mengalokasikan uang Anda untuk kebutuhan yang lebih menguntungkan Anda dibandingkan anggota keluarga Anda.
Jika membaca review film Home Sweet Loan di media atau website lain, banyak orang yang menggambarkan generasi sandwich yang dimiliki Kaluna.
Saya melihat image Kaluna sebagai putri bungsu, sangat menentang stigma sebagai anak bungsu di masyarakat. Bukannya mendapat perhatian lebih, apalagi kecantikan, Kaluna malah memberikan perhatian pada semua orang yang ada di rumah. Sampai-sampai dia lupa menjaga dirinya sendiri. Film home sweet loan ini tentang keluarga. Terutama keluarga kelas menengah yang memiliki banyak kartu keluarga dalam satu rumah.
Seolah mengingatkan Anda bahwa pernikahan itu tidak mudah. Aku tidak bisa bergantung pada orang lain, meskipun mereka bersaudara. Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-anaknya. Seorang suami mempunyai tanggung jawab menafkahi istri dan anak-anaknya.
Ya, memang tidak mudah untuk memiliki rumah sendiri setelah menikah. Selain itu, harga properti juga meningkat. Menyewa atau menyewakan terkadang tidak masuk akal. Lebih baik membeli rumah segera. Masalahnya adalah dia tidak punya cukup uang. Tentu saja menyenangkan tinggal bersama orang tua, tetapi bukan berarti Anda harus menjalani kehidupan yang Anda inginkan.
Bukankah keluarga harus saling memahami? Dia bukan orang yang suka membantu dan mencari tahu. Dalam review film ini, saya tidak ingin terlalu banyak melontarkan kritik. Saya benar-benar tidak mengerti apa yang hilang dari film home sweet loan ini. Sejak awal, saat Kaluna pulang kerja lalu soundtrack film diputar, air mata mulai mengalir. Hingga akhir cerita, saya tidak bisa berhenti menangis.
Kesedihan penonton diwujudkan melalui adegan-adegan sederhana. Tak perlu ada sebuah film yang membuat penontonnya menangis, kesederhanaan film ini sukses mengoyak hati penontonnya. Hanya berjalan-jalan dan mengambil nafas sambil memperhatikan Kaluna.
Baca Juga : Film Horor Karya Baim Wong
Apalagi kali ini saya tidak ingin memberikan penjelasan detail mengenai film home sweet loan. Film home sweet loan ini layak untuk dinikmati. Sulit diungkapkan dengan kata-kata karena Anda bisa melihatnya sendiri. Sebuah film yang cocok untuk generasi sandwich, anak kecil, remaja perempuan, anak muda kelas menengah dan penonton yang ingin memahami hati orang seperti Kaluna.
Bagi Kalunas, suatu saat kesabaran dan kebaikanmu akan berakhir dengan indah. Semoga rumah idaman anda segera menjadi kenyataan. Anda luar biasa, Anda adalah seorang pejuang dan Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan rumah impian Anda!